Rabu, 05 Desember 2012

Vampir jelita


“Vampir Jelita”

    Semua berawal dari dunia maya. Gadis berjilbab itu tiba-tiba bertamu keberandaku. Entah dia sengaja atau tidak, tapi Facebook telah mengukir kisah menarik dalam hidupku. Bunga Jelita. Nama indah itu membuat aku penasaran saat sesekali terlintas gambar profilnya muncul pada saran pertemananku. Sejurus kemudia aku langsung mengusulkan pertemanan dan ternyata dia mengkonfirmasi. ‘Lanjut’ kataku menorah senyum penasaran.
    Kali ini dia muncul di obrolanku, satu kata itu membuat rasa ingin tahuku semakin menjadi. Dia menyapaku lewat obrolan. Wah.. kesempatan neh, bolehlah.
Semakin hari dia semakin nyambung saja, kalau aku rasa dia kayaknya ngasih lampu kuning nih buad langkahku berikutnya. Aku tersenyum girang kemudian iseng aku meminta nomor handphone-nya, tanpa harus nunggu waktu lama dia sudah memberikan nomornya, hihi.. ini sudah bukan lampu kuning lagi kayaknya, tapi lampu hijau. Rejeki kali yah?.
    Malam ini jadwalku untuk menemuinya. Jangan sampai telat, dan harus berdandan rapi, aku sudah mengatur semuanya, mulai dari tempat dan lokasi. Dia langsung saja meng-iya-kan. Ngebet juga nih Bunga Mawar. Aku sengaja memilih kafe yang tidak terlalu ramai dengan pengunjung. Dari depan pintu kaca kafe aku melihat wanita cantik dengan heels kira-kira duapuluh sentimeter berjalan lenggak lenggok, dah kaya model profesional saja, Ihil. Dia seolah sedang mencari seseorang, terus saja aku memperhatikan dari kejauhan, sambil menunggu Bunga datang, aku perhatikan wanita itu sejak dari lekuk tubuhnya yang terlihat sering melakukan olahraga, kebukti pada perut dan pinggangnya yang ramping, semakin nikmat saja untuk diperhatikan. Aku rasa dia bukan wanita biasa, aku tau betapa tebal dompetnya, berapa banyak kartu yang bisa langsung dia gesek di mesin tuyul itu. Ah, semakin ngawur saja fikiranku.
    Dia mendekat dan menjabat tanganku, aku masih melongo tak mengerti tentang sikapnya, mungkin dia sedang salah orang.
“Arul?”
Aku berdiri meng-iya-kan pemastiannya. Si cantik ini langsung duduk didepanku. Aku penasaran sama sekali tak bisa menebak
“aku Jenny, Si Bunga Jelita” ia tersenyum seolah bangga telah mengelabuhiku, dia sangat berbeda dengan gambar pada profilnya, gadis berjilbab itu? Oh my god. Mimpi apa aku semalam sampai-sampai aku dapat kesempatan untuk berkencan dengan bidadari ini
“kenapa bengong aja, Rul?” ia membuyarkan lamunanku
Aku berusaha menyembunyikan salting yang aku derita. Apa-apaan ini, kenapa aku harus gugup.
    Acaraku sukses jempolan, Jenny benar-benar beda. Dia terlihat begitu lihai dalam menempatkan posisi, baiklah aku ikuti aturan mainmu, Jen.
***
Kencan pertama sukses sekarang saatnya aku menyusun rencana untuk bisa merengkuh hatinya, aku harus bisa menaklukkan bidadari ini. Aku bergegas untuk menemuinya, katanya sih dia mau ke mall untuk membeli beberapa kebutuhannya. Okelah aku temani, mungkin ini kesempatan baik buat aku untuk sekaligus mengetahui pribadinya semakin jauh. Seperti para wanita pada umumnya, sekali berbelanja bukan hal main-main, hampir saja dia memborong seluruh isi mall, astaga ternyata dia benar-benar berdompet tebal, bolehlah aku berinvestasi.
“Sudah selesai, Jen?”
“iya, ke kasir yuk” bagai kilat menyambar saja, dia langsung pergi tak peduli dengan aku yang kerepotan membawa barang belanjaannya, dia kira aku jongosnya kali yah? Menyedihkan. Tapi nggak masalah, setelah ini aku akan mengecap buah yang teramat manis, jadi semangat nih. Aku lihat dia mengeluarkan dompetnya, demi jaga image “Biar aku saja yang bayar, Jen” aku menyodorkan kartu kreditku. Aku lihat dia tersenyum pasrah memanjakan diri menggandeng tanganku. Nggak sulit ternyata buat menaklukan bunga satu ini.
***
    Aku tau tentang seleranya, wanita se-indah dia tidak akan sembarangan memilih tempat makan, okelah aku berkorban sedikit saja untuk mengikuti apa yang dia mau, restaurant mahal itu yang dia mau malam ini. Melihat gayanya yang perlente hampir membuat mataku siwer, sempurna.
    Gaun bermerek yang membalut ditubuhnya membuat dia terlihat semakin seksi, bisa saja jika aku jatuh cinta benaran pada gadis ini, tapi itu harus bisa aku cegah dan tidak akan terjadi. Dia bunga yang akan layu setelah aku petik, jadi tunggulah sampai hatimu benar-benar takmampu menolakku.
    Aku tau dia takkan menolak, selama ini dia selalu menuruti ke inginanku. Terbukti bahwa dia tidak akan menolak tentang apa yang ada dalam otakku. Tubuh seksi itu membuat semua kuman dalam otakku keluar, hasratku tak bisa lagi tertahankan
“Jenny, aku antar kamu pulang ya?”
“masih jam segini, Rul” ia menolak
“jadi kamu nggak apa-apa kalau pulang malam?”
“aku rasa begitu”
Baiklah, dia memang selalu memberikan aku kesempatan emas, aku bisa leluasa bermain dengan bunga ini.
    Dia mulai memegang tanganku. Aku tau dia mulai menginginkanku seutuhnya, aku tau tentang hasrat yang dia pendam. Dia benar-benar sudah mengerti betul dengan suasana malam dalam dunia para pencinta.
***
Sudah saatnya aku melancarkan segalanya, sudah saatnya aku memanen hasil. Aku berniat mengajak Jenny ke mall, ada sesuatu yang harus aku beli hari ini. Aku memborong semua, seperti yang dilakukan Jenny beberapa waktu lalu, toh ini semua dia yang akan membayar, tidak perlu aku risau dengan tagihan yang membengkak. Aku lihat Jenny sudah memborong banyak belanjaan, kasir sudah menunggu dan aku sudah tidak sabar untuk menikmati fasilitas mewahnya. Aku berpura-pura menerima telepon dari seseorang dan menyibukkan diri supaya aku punya alasan untuk tidak perlu membuka dompet
“Mbak, maaf kayaknya dompet saya tertinggal” ia mencari-cari isi tasnya
“bisa dipending dulu nggak, Mbak?.” ---“saya mau pulang mengambil dompet dulu, Mbak”
“kenapa tidak mas-nya saja yang membayarinya dulu, Mbak?” sambung kasir itu sambil menunjuk ke arahku. Aku tidak punya alasan untuk menolak, dan terpaksa aku yang harus mengorbankan kartu kreditku.
“Sorry ya, Rul” --- “entar aku ganti deh” tambahnya seolah tak enak hati. Ya, seharusnya memang kamu menggantinya, setelah ini kamu akan mengganti dengan yang lebih
    Satu-satunya alasan untuk aku bisa mendapatkan yang aku mau adalah dengan cara mengencaninya. Berbeda dengan sebelumnya kali ini dia hanya memakai baju sederhana tapi predikat mewah yang dia sandang tetap saja tergambar jelas, aku penasaran dari mana dia mendapatkan fasilitas mewah itu, seberapa tajir sih orang tuanya. Aku seperti menemukan harta karun yang siap membuatku jadi jutawan. bukan hanya itu, parasnya yang sempurna juga akan melengkapi kebutuhanku. Ah, betapa beruntung nasibku.
***
    Aku  semakin gencar memikat Jenny, selama ini selalu saja ada alasan untuk aku mengalah, tidak seperti biasa saat aku bisa dengan leluasa menikmati dompet berjalanku pada sebelumnya. Aku harus bisa menyusup kerumahnya, aku ingin Jenny mengenalkanku pada orang tuanya. Malam ini dia mengajakku ketemu, tapi tidak ditempat makan apalagi kafe. Dia memintaku menemuinya disebuah taman. Mungkin saja dia ingin merasakan suasana romantic seperti pasangan remaja sekolahan sampai-sampai dia mengajakku ke taman
“sorry aku telat, Jen”
Dia hanya tersenyum meng-iya-kan, dia berdandan ala remaja SMA yang hanya memakai rok mini dengan kaos berbahan style Korea. Ada-ada saja, dia membangkitkan birahiku. Melihat kulitnya kesat dibawah lampu merah taman. Aku berusaha memeluknya tapi ia menolak.
“kenapa?” aku kecewa
“….”
“Jenny?”
Aku kira dia keberatan menerima pelukanku, ternyata salah. Dia memilih sendiri bagian tubuhku untuk dia peluk, dia memelukku erat seakan tak ingin lepas. Aku mengeluarkan semua kata-kata romantic untuk membiusnya. Kapan lagi.
    Malam serasa bersahabat, dia seolah ingin mengatakan sesuatu padaku. Aku masih terus berusaha mengajaknya terbang dengan sejuta pujian.
“Arul, aku ingin katakan sesuatu padamu” dia melepaskan pelukannya
“katakana saja” aku penasaran
“statusku saat ini adalah seorang istri, suamiku saat ini sedang ada diperjalanan untuk menjemputku pindah ke luar negeri. Aku akan ikut suamiku karena dia memutuskan akan menetap disana”
Deggkk..!!!
Aku merasa dipermainkan dan tidak terima, dia tidak bisa mencampakkanku begitu saja.
“apa alasanmu melakukan ini?”
“aku hanya ingin bermain-main. Sama seperti yang kamu lakukan” tegasnya
“thank you, Arul. Thanks buat semuanya” ia berdiri melepaskan tangannya dari pangkuanku. Dia berlalu dan aku masih tidak percaya. Bodoh, aku menjadi korban wanita jalang itu. Rupanya aku yang harus menangis darah, bukan dia seperti yang telah aku rencanakan. Aku berusaha mengejarnya tapi dia telah hilang termakan waktu. Ah, sial.
***
    Kali ini aku gagal, Jenny telah mematahkan rasa percaya diri dalam jiwaku, jika sebelumnya aku berhasil melakoni aksi nakalku tapi kali ini tidak, aku merasa telah memfasilitasi seorang perampok. Dia kabur begitu saja dari hadapanku. Aku tertipu begitu saja oleh parasnya yang menyilaukan. Jelas saja dia lihai memainkan semuanya, jelas saja dia hidup mewah. Dia bahkan telah mempunyai mesin tuyul otomatis yang bisa kapan saja dia mintai.
    Aku tertawa geli mengingat semua itu, aku merasakan apa yang mereka rasakan. Menjadi korban manisnya cinta. Dulu aku dengan gampang meninggalkan mereka setelah aku bosan dan menemukan lahan yang lebih subur, sekarang aku merasakan semua itu. Rupanya aku tertipu. Bukan emas atau perak yang aku dapat, tapi sampah tak berarti yang aku terima dari bunga indah itu.
    Aku melihat akun Facebooknya telah terhapus, dia benar-benar telah menghilang, dia menghisap darahku seketika.





                                Lepelle, 16 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar